Sepucuk Surat dari Pulau Tandus
Sebenarnya saya termasuk ketinggalan zaman karena baru melihat film Letter from Iwojima semalam ini. Namun, entah kenapa, saya merasa harus menuliskan kesan saya terhadap film ini. Terus terang, baru kali ini saya melihat film perang Jepang yang dibuat oleh pihak Jepang. Selama ini, kalau tidak dibuat oleh Hollywood, misalnya Pearl Harbor, saya menonton film buatan Indonesia, misalnya Budak Nafsu.
Film ini menceritakan sisi pertahanan tentara kekaisaran Jepang yang mulai terdesak oleh kekuatan Amerika Serikat dan sekutunya. Jika dalam film perang yang saya lihat selama ini, pihak Jepang selalu digambarkan sebagai pihak yang selalu bengis, pemerkosa, dan tidak bisa berbahasa Inggris, dalam film ini digambarkan bahwa mereka juga manusia biasa yang takut, punya keluarga, dan tidak semuanya gila perang. Prajurit Saigo, misalnya, adalah seorang pembuat kue yang terpaksa meninggalkan istrinya yang sedang hamil karena dijemput oleh kempetai untuk berangkat ke medan perang. Lalu, ada juga, prajurit Shimizu yang dikeluarkan dari kempeitai karena tidak bisa bersikap bengis dan tanpa perasaan seperti layaknya anggota kempeitai lainnya. Shimizu dikirimkan ke Iwojima untuk menggantikan prajurit Jepang yang tewas akibat disentri. Adapula Letnan Kolonel Baron Takeichi Nishi, peraih medali emas berkuda, yang bisa berbahasa Inggris dan lebih rela menggunakan persediaan obatnya untuk menolong lawannya, seorang prajurit Amerika. Lalu, tokoh sentralnya adalah Letnan Jenderal Tadamichi Kurabayashi, seorang jenderal yang tahu strategi perang, tetapi sekaligus punya hati.
Film ini jauh sekali dari pengambaran kekejaman tentara Jepang yang total dan selalu digambarkan selama ini. Ya, meskipun ada juga tentara Jepang yang maniak perang, kejam, dan gila, tentara Jepang pada dasarnya juga manusia. Ada rasa takut, rasa rindu keluarga, dan rasa cinta kepada sesama. Barangkali kesimpulan saya saat ini adalah seharusnya di pundak para pemimpin militernya yang gila peranglah kesalahan kita arahkan. Merekalah yang menyebabkan Jepang harus mengalami kegelapan dalam sejarahnya.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home