Satu atau dua kali memang saya pernah melewati stasiun bawah tanah Ningyocho. Namun, baru kali ini saya khusus memerlukan untuk turun di stasiun itu. Ada apa? Tidak lain dan tidak bukan karena restoran ayam tersohor di Jepang yang sudah buka sejak sebelum Zaman Meiji. Tahu apa itu Zaman Meiji? Saya sendiri sebelum pergi ke Jepang tidak pernah berurusan dengan zaman itu! Zaman Meiji menurut situs
Japan Guide, sesuai dengan namanya, adalah zaman ketika Kaisar Meiji memegang tampuk kekuasaan di Jepang (8 September 1868--30 Juli 1912). Zaman inilah yang disebut sebagai zaman pencerahan negeri Jepun. Namun, kali ini, saya tidak mau berpanjang lebar bicara tentang sejarah kaisar pembaharu Jepang itu. Kali ini--sesuai dengan napas blog ini--saya hanya ingin menceritakan awal mula restoran ayam yang tadi sudah saya sebutkan.
Nama restorannya adalah Tamahide (tama = bulat, dan hide = matahari terbit). Restoran ini dibuka pertama kali pada 1760. Kalau disejajarkan dengan sejarah Indonesia itu adalah masa-masa setelah Perjanjian Gianti, perjanjian yang membagi kerajaan Mataram Islam menjadi Nagari Surakarta Hadiningrat dan Nagari Yogyakarta Hadiningrat. Lho, kok jauh-jauh sampai ke Mataram segala? Itu hanya sebagai perbandingan: apakah ada
enterpreuner kita yang masih tetap eksis dari zaman itu sampai sekarang? Misalnya, penjual gudeg di Yogyakarta, atau penjual nasi liwet di Solo? Saya kira tidak. Perusahaan Jamu Iboe di Soerabaia saja baru muncul tahun 1910! Setahu saya itu salah satu perusahaan jamu tertua di Indonesia (Bandingkan: Jamu Djago (Semarang, 1918), Njonja Meneer (Semarang, 1919), Sidomuntjul (Yogyakarta, 1951) dan Jamu Air Mantjur (Solo, 1963)).
Kembali ke Tamahide, apa sih yang dijual di Tamahide? Semula, Tamahide hanya menjual
Oyako Donburi, biasa disingkat menjadi
Oyakodon, yaitu nasi yang di atasnya ditaburi bermacam-macam lauk. Segala macam masakan nasi yang ditempatkan di mangkuk dalam bahasa Jepang dinamai
donburi. Jadi,
oyakodon adalah nasi dengan taburan lauk yang berupa ayam (
oya) dan telur (
ko). Belakangan ini, Tamahide juga menjual beragam makanan dengan bahan dasar ayam.
Karena oyakodon dan masakan ayam lain di Jepang berlimpah ruah, apa
sih keistimewaan di Tamahide? Pertama, ayam yang digunakan oleh Tamahide dipelihara khusus, dan bukan ayam buras. Jadi, seperti ayam kampung yang menjadi bahan dasar ayam Mbok Berek. Jadi, rasanya tentu enak. Kedua, untuk bisa makan di Tamahide, orang harus antre antara 1,5 sampai 2 jam. Bayangkan saja Anda harus mengantre makan gulai kepala kambing sebuah warung di Tanah Abang selama 2 jam! Apakah sabar? Untuk kasus Tamahide, saya kira, justru itulah barangkali yang membuat orang penasaran dengan Tamahide.
Kalau melihat tampilannya,
oyakodon di Tamahide memang mampu menerbitkan liur. Komposisinya, paling bawah adalah nasi matang dan hangat, kemudian di atasnya ditaburi racikan ayam yang sudah ditumis, dan paling belakangan adalah taburan telur kocok. Siapa saja tentu akan dibuat lapar oleh tampilannya. Namun,
eits, tunggu sebentar. Karena kadang-kadang
donburi dibumbui dengan
mirin, penulis tidak menyarankan untuk mencoba-coba
donburi, tanpa tahu komposisi bumbunya. Kalau mau aman makan
donburi ya barangkali kita membuatnya sendiri di rumah.