Obrolan Santai

Situs Tak Resmi Totok Suhardiyanto

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

I am an open-minded person who want to meet more good friends

Tuesday, September 19, 2006

Satu Windu (2): Terima Kasih

Banyak contoh, baik di antara teman saya maupun di antara figur publik yang kita kenal, yang menunjukkan bahwa menjaga sebuah perkawinan agar tetap bertahan itu sangat sulit. Ada artis X yang baru sekian bulan menikah sudah saling adu argumentasi di depan pengadilan agama atau pers. Ada teman saya yang sudah beranak satu, namun kemudian memutuskan untuk berpisah lantaran tidak cocok lagi dengan pasangan hidupnya.

Ya, mempertahankan komitmen yang bernama ikatan pernikahan itu memang tidak mudah. Bagaimana tidak? Seorang suami dan seorang istri bagaimanapun adalah dua orang yang dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Perbedaan cara mendidik dalam keluarga masing-masing bisa saja menjadi bibit permasalahan di masa depan. Namun, semuanya bergantung pada tiap individu karena memang tidak mungkin ada seorang suami istri yang kembar identik, kecuali lahir dari satu rahim bersamaan. Namun, perkawinan jenis ini, yang disebut inses, selain dilarang agama, juga berisiko tinggi secara genetik. Jadi, kembali lagi, nyaris mustahil tidak ada perbedaan sama sekali di antara suami dan istri. Jadi, tidak ada cara lain selain berupaya saling memahami perbedaan masing-masing. Jika itu berhasil, muncullah keserasian, dan bukan persamaan.

Dalam posting kedua pada hari jadi pernikahan ini, saya ingin mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Alla wa Jaala karena sudah memberikan istri terbaik untuk saya: rupawan, baik hati, dan sabar. Dia bisa menjadi mitra, sahabat, suporter, dan sekaligus kekasih. Dia menjadi bejana bagi buah cinta kami yang kini tumbuh besar, sehat, cerdas, dan cantik.

Jujur saja. Pada awal sebelum menikah, saya pernah berada di persimpangan jalan dan sempat tergoda untuk melihat-lihat tikungan jalan lain. Tidak hanya sekali, malah dua kali. Tentu saja, itu tidak main-main. Namun, wanita yang kini menjadi istri saya itu tetap saja sabar menanti saya kembali ke ruas jalan tempat dia menunggu. Dia memang marah dan sakit hati, tetapi akhirnya bisa memaafkan saya. Saya sungguh kagum kepadanya. Bukan kagum karena kebesaran hatinya untuk menerima ungkapan maaf saya, melainkan karena keteguhan dan kejernihan hatinya yang tidak pernah saya sadari sebelumnya. Saya sering bergumam dalam doa-doa saya kepada Tuhan: barangkali saya akan betul-betul menyesal jika akhirnya tidak menikahinya. Ya, benar. Dia menjadi anugerah terindah bagi saya, seperti apa yang dilukiskan lagu Sheila On 7, grup band dari kota tempat saya dibesarkan. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih telah memberikan kami kesempatan merayakan hari jadi sewindu di negeri yang jauh ini.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home