Obrolan Santai

Situs Tak Resmi Totok Suhardiyanto

My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia

I am an open-minded person who want to meet more good friends

Sunday, May 27, 2007

Hashika

Sabtu, 26 Mei 2007, pukul 03.28 JST. Masih banyak orang tidur pada waktu itu, tetapi Prof. Hide Tokuda, Dekan Faculty of Environmental Information Keio University SFC mengirimkan email yang mewartakan bahwa kampus kami libur terhitung hari Sabtu itu pukul 13.00 JST.

Alhamdulillah. Waktu kosong ini bisa saya gunakan untuk bernapas dan menekuni bidang yang sedang menarik hati saya: language, politics, and media.

Thursday, May 03, 2007

Luar Biasa

Hari ini, saya berkesempatan untuk melihat dari dekat salah satu buah karya seniman, ilmuwan dan penemu besar, Leonardo da Vinci. Sejak awal bulan Maret hingga awal bulan depan, Tokyo National Museum di Ueno, Tokyo menyelenggarakan eksibisi lukisan serta pameran karya dan ide briliant dari Leonardo. Nama Leonardo da Vinci memang kembali hangat dikenang dalam benak orang tahun-tahun terakhir ini setelah meledaknya karya penulis Dan Brown, Da Vinci's Code, yang sempat pula difilmkan dengan judul sama dan dibintangi oleh aktor kawakan Tom Hanks.

Lukisan yang ditampilkan kali ini adalah Annunciation karya da Vinci ketika masih berusia 20-an tahun (lihat gambar). Karya ini menggambarkan kedatangan Jibril ketika menyampaikan berita kepada Maria bahwa ia mengandung bayi Kristus. Annunciation dibuat oleh da Vinci di Uffizi, Florence, antara 1473 sampai 1475. Dengan bantuan teknologi komputer yang diperagakan oleh teknisi Hitachi, saya tak terhitung beberapa kali terbelalak sambil berdecak kagum. Betapa tidak, lukisan da Vinci ternyata sangat banyak memuat detail yang tidak bisa diperhatikan dengan hanya mata telanjang, apalagi hanya dengan sekilas. Dengan perbesaran sekian ratus persen, detail lukisan serta garis perspektif yang dibuat oleh da Vinci betul membuat saya kembali terkagum-kagum.

Sebenarnya, saya sudah mengenal da Vinci ketika saya masih duduk di kelas 2 atau 3 SD. Ketika itu, saya sudah mengagumi da Vinci beserta sederet pelukis agung lainnya, semacam van Gogh, Rembrandt, Monet, Degas, Dali, maupun Picasso. Tentu saja, termasuk juga pelukis idola saya dari dalam negeri seperti Raden Saleh, Affandi dan Basuki Abdullah. Ketika menginjak bangku SMA pun minat saya terhadap seni lukis makin menjadi-jadi. Pelajaran menggambar perspektif menjadi salah satu pelajaran favorit saya. Semuanya itu membuat saya makin akrab dengan da Vinci. Saya kenal betul perspektif linear dan perspektif aerial yang diperkenalkan da Vinci dalam pelajaran menggambar.

Namun, harus saya akui, da Vinci "baru" hadir kembali dalam benak saya setelah larisnya buku Dan Brown karena memang ternyata saya tidak berprofesi dalam bidang seni rupa. So, welcome back Mr. Da Vinci.